Puisi Juara 1 Lomba menulis puisi KARISMA dalam rangka Hari Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa
JAKARTA & BOCAH YANG DULU
Ketika kita masih bocah
Berjalan , beriring, bergandengan menatap sepotong senja
Di jembatan gantung dekat desaku
Bercerita tentang masa dimana kau masih terpaku pada jendela
Merah jambu kamarmu yang terpigura lekat, menatap angkuh
Pada gerombolan burung gereja di depan gerbong kegelisahan
Sering kau tertawa… saat aku tak pernah mampu menyebrangi klegung jembar itu
Kau selalu tersenyum , bila angka-angka bodoh itu selalu bersorak di atas lembar tugas matematikaku
Tapi kini kau jauh.. pekat.. hilang dalam gelap
Tiada lagi tawa saat kau dolanan delikkan denganku
Gatheng denganku , dakon denganku
Karena kini kau bilang itu kuno
Reogan yang dulu tidak pernah kita lewati kau cerca untuk di tonton
Malah kau cerca “ah apaan tu, gak model !”
Ketika kau melihatku masih dengan sepeda onthelku
Kau tak mampu terdiam mengingat “kenapa masih lo pake sepeda bunthut itu ? monyet aja udah pake skuter ?”
Benar … Jakarta telah mengubahmu , memeras otakmu
Untuk dijejali beraneka tontonan yang seronok
Kau bilang itu gaya padahal , mulut jelita masih mengganggu
Kau sebut itu style, bahkan tak sadar kau ikut arus liberalis
Dimanakah Jakarta yang katanya dulu elok tak terkira
Dimanakah kau yang dulu menghilang dalam balik bambu Kuning
Mentari memanas, bulan meredup , cahaya meranggas, angin tersulut, dingin , udara merapat
Aku tak tahu yang terjadi lagi
Oleh Awalia Lu’lu Lutfiah
Juara II
TARIAN PENA
Tarian pena yang tak ingin berhenti
bagai mengikuti suara hati
sungguh tak ku sangka
mengurai kata dalam rasa
mengeja kata menyurat makna
Bukan sebuah bait romantis
Bukan sebuah rayuan nan harmonis
Bukan…
Hanya hatiku yang ingin bicara
Yang kian hangat dalam dekapan rindu
Ingin kusampaikan pada angin yang berlalu
Asa yang terungkap pada bisikan rindumu
Namun bila bumi dan langit menjadi tembok
Aksara terhapus oleh samudra
Abadikanlah sapaan Kahlil gibran
Senyummu bak candu bagai udara
Tatapmu yang menggoda jiwa
Bayangmu yang seolah buatku gila
Pesonamu yang taklukkan sel dalam raga
Tentang mu dan hanya kau…
Saat ku pejamkan mata
Terhanyut ku dalam sungai yang berakhir di hatimu
Munajat akan rasa yang tak pernah ku duga
Dengarlah aku..
Di saat riuh suara pemujamu
Ku sematkan mahkota di hatiku
Saat syahdu ku sebut namamu dalam doaku
Dengarlah aku…
Wahai sang pangeran hatiku.
Oleh : Yusrina Arifah
Juara III
SEPOTONG SENJA DI ATAS SANA
Langit keemasan dihiasi burung camar yang beterbangan
Sepoi-sepoi semilir angin membelai nyiur di puncaknya
Deburan ombak dan hembusan nafas pantai
Yang berdesir sepanjang jalur kalbuku
Kepenatan yang teramat , peluh pikir yang sungguh
Beban kehidupan yang memaksa bahuku tuk merendah
Hilanglah di bawa angin hanyut terbawa air laut
Tak tersisa di curi camar-camar itu
Lihatlah… sepotong senja ada di atas sana
Ramai di bicarakan bencana alam yang dahsyat
Kasus pencurian di gedung beratap hijau yang megah
Hilangnya nyawa manusia yang tak berdosa
Tangis kepiluan sang ibunda
Di pinggir kota Jakarta
Namun ku diam dan berlalu begitu saja
Bukan ku tak peduli
Aku hanya ingin menikmati senja kali ini
Ketenangan menjelang hiruk pikuknya malam
Keagungan sang merah saga beradu
Di tengah para penjaja makanan
Bersembunyilah lelah bersama aroma sunset yang sejuk
Atau dinginkah ??
Tapi biarlah sang pencipta tengah menunjukkan kekuasaan-Nya
Di cakrawala yang luas , terbentang lukisan emas yang indah
Diiringi sang surya yang hendak kembali ke peraduannya
Dan lihatlah…
Sepotong senja ada di atas sana
Oleh : Nandya Arifka
Wahh..tiga2nya dapet juara mba'..??
BalasHapusdisabet semua juara 1, 2, 3, dong.?? hhehehe...
Thumbs up lah..:)
sambangi blog saya mba..:)
penggilapuisi.blogspot.com